KEWIRASWASTAAN
A.
Karakteristik
kewiraswastaan
Karakteristik
wiraswasta ialah percaya pada kemampuan diri sendiri, mampu menghadapi
persoalan dengan baik, berpandangan luas jauh ke depan, mempunyai keuletan
mental, lincah dalam berusaha, berupaya mengembangkan sayap, berani mengambil
resiko, berguru kepada pengalaman.
Sejarah Amerika pada
akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata
wiraswastawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang
memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa wiraswastawan
tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada dari semua kelas. Menurut Mc
Clelland, karakteristik wiraswastawan adalah sebagai berikut:
1. Keinginan
untuk berprestasi
2. Keinginan
untuk bertanggung jawab
3. Preferensi
kepada resiko-resiko menengah
4.
Persepsi pada kemungkinan berhasil
5. Rangsangan
oleh unpan balik
6. Aktifitas
enerjik
7. Orientasi
ke masa depan
8. Ketrampilan
dalam pengorganisasian
9. Sikap
terhadap uang
B.
Penentuan
Petensi Kewiraswastaan
Karakteristik
wiraswastawan sukses dengan nAch tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa
sendiri.
1. Kemampuan
inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian
kesempatan baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada,
menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi
yang ada dengan cara baru dan lebih baik.
2. Toleransi
terhadap kemenduaan (Ambiguity)
Berarti kemampuan untuk berhubungan
dengan hal yank tidak berstruktur dan tidak bisa diprediksi.
3. Keinginan
untuk berprestasi.
N Ach adalah tanda-tanda penting
dari dorongan kewiraswastaan. Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang
yang tidak mengenal menyerah didalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan
sendiri.
4. Kemampuan
perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang
dan bisa diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan
sesuai dengan N Ach dari wiraswastawan.
5. Kepemimpinan
terorientasi pada tujuan.
Wiraswastawan membutuhkan aktivitas
yang mempunyai tujuan. N Ach yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan
tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka kea rah tujuan yang
ditetapkan.
6. Obyektivitas
Wiraswastawan obyektif didalam
mengarahkan pemikiran dan aktivitas kewiraswastaannya dengan cara pragmatis.
Wiraswastawan mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan
arah tindakan dengan cara-cara praktis.
7. Tanggung
jawab pribadi
Wiraswastawan memikul tanggung
jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan
beradaptasi.
Para wiraswastawan mampu
menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketika
wiraswastawan terhambat oleh oleh kondisi yang berbeda dari apa yang mereka
harapkan, mereka tidak menyerah, namun melihat situasi secara obyektif.
9. Kemampuan
sebagai pengorganisasi dan administrator.
Wiraswastawan mempunyai kemampuan
mengorganisasi dan administrasi didalam mengidentifikasi dan mengelompokkan
orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka menghargai kompotensi dan
akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas dengan efisien.
C.
Pengenalan
Diri dan Motif Berprestasi
Berdasarkan pengalaman-pengalaman diri sendiri atau
belajar dari sebuah pelajaran tentang keberhasilan maupun kegagalan prestasi dan
karir, maka wirausaha yang berhasil mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Pemikiran
luwes dan kreatif maupun merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan
dan mengambil tindakan.
2. Bersedia
bekerja dalam keadaan konflik, perubahan dan keragu-raguan
3. Melakukan
analisis diri sendiri dengan lingkungan
4. Mampu
menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran prestasi
5. Bersedia
menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain
6. Bersedia
menciptakan kebutuhan lingkungan terhadap produk dan jasa.
D Metode Analisis Diri Sendiri
Kebutuhan
yang akan membantu individu memutuskan apakah kepribadian mereka sesuai dengan
peranan kewirausahaan. Mc Clelland mengemukakan 3 kebutuhan dasar mempengaruhi
tujuan ekonomi:
1. Kebutuhan
untuk berprestasi (n Ach)
N Ach adalah motivasi untuk berprestasi
karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, mencapai
tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan kemajuan
dalam bekerja. Karyawan perlu mendapatkan umpan balik dari lingkungannya
sebagai sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasi tersebut.
2. Kebutuhan
untuk berafiliasi (n Afil)
Kebutuhan berafiliasi adalah hasrat
untuk berhubungan antar pribadi yag ramah dan akrab. Individu mereflesikan
keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dengan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain. Mc Clelland mengatakan bahwa kebanyakan orang
memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku
karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap
motivasi prestasi antara lain:
a.
Pencapaian adalah lebih lebih penting
dari pada materi
b.
Mencapai tujuan atau tugas memberikan
kepuasan pribadi yang lebih besar dari pada menerima pujian atau pengakuan
c.
Umpan balik sangat penting, karena
merupakan ukuran sukses.
3. Kebutuhan
untuk berkuasa (n POW)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana
orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk
ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
Pengembangan
n ACH
Kebutuhan ini
pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan
akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi
antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi. n-ACH adalah motivasi
untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi
tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang,
dan kemajuan dalam pekerjaan.
Pengembangan
n Ach bagi tercapainya kondisi bagi keberhasilan psikologis kondisi tersebut
adalah menurut Chris Argyris.
1. Individu
mampu mendefinisikan tujuan mereka sendiri
2. Tujuan
tersebut berhubungan dengan kebutuhan, kemampuan dan nilai-nilai mereka
3. Individu
mendefinisikan arah dari tujuan tersebut
4. Pencapaian
tujuan tersebut mewakili tingkat aspirasi realistis bagi individu.
Manajemen
Kewiraswastaan
1. Indikasi
kesempatan-kesempatan
Inivasi menyediakan barang atau
jasa yang diperlukan atau memenuhi keinginan masyarakat dengan nilai manfaat
yang tinggi.
2. Analisis
resiko
Berikut adalah salah satu bentuk
resiko yang mempengaruhi adanya kewiraswastaan:
a.
Kekuatan perusahaan kecil:
-
Kebebasan untuk bertindak
-
Menyesuaikan kepada kebutuhan setempat
-
Peran serta dalam melakukan usaha atau
tindakan
b. Kekurangan
perusahaan kecil:
-
Relatif lemah dalam spesialisasi
-
Modal dalam pengembangan terbatas
-
Karyawan relatif sulit untuk didapatkan
c. Sebab-sebab
kegagalan
-
Struktur modal yang tidak memadai
-
Penggunaan metode dan peralatan yang
sudah rusak
-
Tidak adanya perencanaan jangka panjang
-
Kecakapan pribadi
Sumber: